Pendaftaran Gelombang I Telah dibuka

Spesial 20 Orang Pertama di Gelombang I, yang mendaftar sebelum tanggal 31 Maret 2025 mendapat potongan biaya kuliah sebesar Rp 500.000,- PENAWARAN SUPER Daftar Grup (3 orang) langsung dapat Potongan Rp 1.000.000,-/Org & berhak ikut bonus undian laptop.Terbatas!!! Hanya untuk 10 Grup Pertama Tercepat yang MENDAFTAR sebelum 31 Maret 2025

Pentingnya Belajar Web Programming di Zaman Sekarang dan Peluang Kerja di Bidang IT

Di era digital yang semakin maju, kemampuan untuk memahami dan mengembangkan teknologi sangat penting. Salah satu keterampilan yang menjadi sorotan utama adalah web programming. Mengapa belajar web programming sangat penting di zaman sekarang? Artikel ini akan membahas manfaat belajar web programming dan peluang kerja yang luas di bidang IT. 1. Permintaan yang Tinggi di Pasar Kerja Salah satu alasan utama untuk belajar web programming adalah tingginya permintaan di pasar kerja. Dengan banyaknya perusahaan yang beralih ke digital, kebutuhan akan pengembang web dan profesional IT semakin meningkat. Setiap organisasi, mulai dari startup hingga perusahaan multinasional, memerlukan situs web yang responsif dan aplikasi berbasis web untuk berinteraksi dengan pelanggan mereka. Ini menciptakan banyak peluang kerja bagi individu yang memiliki keterampilan web programming. 2. Kemampuan Adaptasi dan Fleksibilitas Kemampuan untuk memahami dan menulis kode memungkinkan seseorang untuk bekerja di berbagai industri dan sektor. Web programming tidak terbatas pada satu jenis bisnis atau perusahaan. Mulai dari e-commerce, pendidikan, layanan kesehatan, hingga hiburan—semua sektor memerlukan situs web dan aplikasi yang berfungsi baik. Ini berarti bahwa seorang web programmer memiliki fleksibilitas untuk bekerja di berbagai bidang dan dapat dengan mudah beradaptasi dengan kebutuhan pasar yang berubah. 3. Peluang Karir yang Luas dan Beragam Belajar web programming membuka pintu bagi berbagai peluang karir. Beberapa peran yang bisa diambil meliputi: Selain itu, banyak profesional IT juga bekerja dalam peran manajerial atau konsultasi, mengelola tim pengembang atau membantu perusahaan mengoptimalkan teknologi mereka. 4. Gaji dan Kompensasi yang Kompetitif Bidang IT dikenal dengan gaji yang kompetitif dan paket manfaat yang menarik. Karena permintaan yang tinggi dan kekurangan pasokan tenaga kerja yang terampil, perusahaan sering kali bersedia membayar lebih untuk kandidat yang memenuhi syarat. Ini memberikan insentif tambahan bagi siapa saja yang mempertimbangkan untuk mengejar karir di web programming atau bidang IT lainnya. 5. Kemampuan untuk Bekerja dari Mana Saja Salah satu keuntungan besar dari pekerjaan di bidang IT adalah fleksibilitas lokasi. Banyak perusahaan teknologi mendukung kerja jarak jauh atau hibrida, memungkinkan karyawan untuk bekerja dari rumah atau dari mana saja di dunia. Ini memberikan kesempatan bagi para pengembang untuk mencari pekerjaan yang lebih sesuai dengan kehidupan pribadi mereka, tanpa harus terikat pada lokasi fisik tertentu. 6. Kesempatan untuk Berkarya dan Berinovasi Web programming memberi individu kesempatan untuk berkarya dan berinovasi. Dengan keterampilan yang tepat, seseorang dapat mengubah ide menjadi kenyataan melalui pengembangan situs web atau aplikasi. Ini sangat memuaskan secara pribadi dan profesional karena memungkinkan penciptaan sesuatu yang baru dan bermanfaat bagi banyak orang. 7. Peran Penting dalam Transformasi Digital Di era transformasi digital, peran web programmer dan profesional IT lainnya menjadi sangat krusial. Mereka berada di garis depan dalam membantu perusahaan dan organisasi beradaptasi dengan perubahan teknologi dan tuntutan pasar. Mereka tidak hanya membangun situs web atau aplikasi, tetapi juga berkontribusi pada strategi digital yang lebih luas, yang dapat mencakup pemasaran digital, analisis data, dan keamanan siber. 8. Meningkatkan Keterampilan Problem-Solving dan Logika Web programming menuntut pemikiran analitis dan keterampilan pemecahan masalah. Setiap proyek pengembangan web melibatkan tantangan unik, yang memerlukan pendekatan kreatif dan logis untuk menyelesaikannya. Belajar programming dapat membantu seseorang mengasah keterampilan ini, yang sangat berharga tidak hanya dalam dunia teknologi, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Kesimpulan Belajar web programming di zaman sekarang bukan hanya tentang mengikuti tren, tetapi juga mempersiapkan diri untuk masa depan yang lebih cerah dan penuh peluang. Dengan keterampilan yang tepat, seseorang dapat membuka pintu menuju karir yang sukses dan memuaskan di bidang IT. Selain itu, kemampuan untuk bekerja secara fleksibel dan dari mana saja menambah nilai lebih bagi mereka yang menguasai keterampilan ini. Jadi, bagi siapa saja yang ingin berinvestasi dalam keterampilan yang relevan dan selalu dibutuhkan, web programming adalah pilihan yang tepat.

Softskill Itu Ibarat Bumbu Masakan

Pernahkah Anda makan ikan goreng tanpa bumbu? Tanpa diberi garam, sedikit air jeruk dan sedikit air ulekan ketumbar? Pasti ngga enak khan!? Kalo belum pernah mencoba, silakan. Selain hambar dan bahkan sedikit amis bila tidak memakai bumbu. Nah Softkskill itu persis seperti bumbu dalam masakan. Hardskill, itu seperti ikan, daging, ceker, sayap, sayuran. Wajib ada! Kita ngga makan kalo ngga ada daging ikan dan daging ayam/sapinya. Tapi tanpa dibumbui saat memasaknya ya sulit dan ngga enak makan dagingnya.  Hardskill itu contohnya kemampuan desain grafis, itu hardskill. Kemampuan mengolah data dan kalimat dalam naskah adalah hardskill. Kemampuan membuat website yang menarik banyak pengunjung adalah hardskill. Masalahnya Hardskill itu tidak akan enak dinikmati oleh konsumen atau pihak lain bila tidak dikomunikasikan dengan baik dalam kemasan promosi yang menarik. Akhirnya kemampuan desain grafis Anda tidak diminati oleh orang lain, oleh konsumen Anda. Nah, kemampuan komunikasi adalah softskill. Makin tinggi jabatan seseorang yang artinya makin banyak jumlah orang yang ia pimpin maka makin dituntut kemampuan softskill-nya. Seorang direktur dituntut untuk memiliki kemampuan komunikasi yang baik karena manajer harus terlibat dengan banyak pihak untuk merencanakan, membagi tugas, memastikan staf mengerti apa yang harus dikerjakan dan yang harus dicapai serta target terukur secara detail.  Semua aktifitas itu memerlukan kemampuan komunikasi yang mumpuni. Kualitas komunikasi adalah respon pihak lain atas seberapa paham dan seberapa tuntas pihak lain menyelesaikan tugasnya. Bila ada tugas staf yang terlambat atau kurang baik, maka sang manajerlah yang bertanggung jawab karena stafnya bisa jadi tidak paham dengan apa yang disampaikan/diperintahkan. Ada 5 softskill utama yang wajib kita kuasai bila ingin karir dan usaha Anda berkembang pesat. Pertama, kemampuan komunikasi. Pemecahan masalah dan kemampuan memimpin berada pada urutan kedua dan ketiga. Selanjutnya adalah kemampuan mengendalikan emosi dan mampu bekerja dalam tim adalah yang keempat dan terakhir. Kelima softskill ini menjadi paket lengkap yang akan membuat hardskill Anda enak dan nikmat di “konsumsi/dimakan” oleh pihak lain atau calon konsumen Anda. Semua kemampuan softskill tersebut dilatih selama 1 tahun di ELTIBIZ. Untuk memastikan lulusan ELTIBIZ tidak hanya memiliki kemampuan komputer yang mumpuni tapi juga kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah yang bisa diandalkan. Hardskill tanpa softskill, seperti Anda hebat bikin website, tapi tidak ada yang bersedia menggunakan jasa pembuatan website Anda. Yuk kita latih softskill kita ! Penulis: Rizky Mahendra, MM

A.I.U.E.O

Belajar Lagi Dari COVID-19 Lagi. Kita belajar banyak dari Pandemi Covid-19, alhamdulillah. Krisis Kesehatan yang menyebabkan krisis ekonomi ini membuat kita kembali belajar hal-hal dasar. Seperti kita waktu pertama kali masuk taman kanak-kanak. Belajar yang paling dasar yaitu huruf vokal A.I.U.E.O. A : Aset Apakah kita benar-benar memiliki aset? Bila definisi aset kita sesuai yang Robert Kiyosaki ajarkan, bahwa aset adalah sesuatu yang “memberi kita makan”/memasukkan uang ke kantong kita, maka kita jadi sadar. Sangat tersadarkan. Banyak dari kita tidak punya aset. Ketika tanggap bencana wabah Covid-19 mengharuskan physical distancing, menyebabkan ekonomi lumpuh. Perputaran uang di banyak sektor ekonomi menjadi terhenti. Apakah masih ada aset yang menghasilkan uang masuk ke kantong kita? Bersyukur bagi sebagian orang yang masih mendapat gaji bulanan baik oleh pemerintah atau perusahaan/lembaga  tempatnya berkarya. Berapa banyak yang “dirumahkan” tanpa gaji/honor, bahkan kena PHK. I : Iman Covid-19 tidak semata-mata hanya penyakit. Namun daya sebarnya yang membuat negara lumpuh. Cepatnya penyebaran wabah ini juga memberi dampak yang tidak bisa dianggap remeh. Bagi orang yang telah memiliki penyakit bawaan, baik jantung, paru-paru, diabetes dan penyakit bawaan lainnya perlu sangat hati-hati menjaga Kesehatan dirinya. Termasuk orang tua diatas 70 tahun yang tetap stay at home adalah pilihan paling baik. Keimanan kita kembali diuji dan dipertanyakan. Topik hidup dan mati serta takdir menjadi bahan utama kajian-kajian keagamaan untuk menjadi rujukan kita menghadapi wabah ini. U : Usaha Selama ini kita bekerja dan berusaha keras seolah hilang sirna tak berbekas. Hasil usaha kita berupa tabungan tergerus sempurna. Bahkan sampai menjual mobil dan rumah untuk tetap bisa bertahan dan mempertahankan makan sehari-hari keluarga. Kita jadi sadar usaha kita selama ini mungkin belum maksimal dalam arti mengelola hasilnya. Bila semua hasil usaha hanya sekedar dihabiskan setiap bulan,dengan asumsi bulan depan pasti dapat hasil lagi, maka saat kondisi darurat seperti ini akan terasa dampaknya. Kita tak cukup hanya berusaha maksimal mendapatkan hasil usaha, tapi mengelola hasil usaha juga menjadi sangat penting untuk ketahanan bisnis, karir dan keluarga. E : Empati Saat semua kesusahan mencukupi makan sehari-hari, maka kita lagi-lagi diuji berempati pada suadara yang lainnya. Sudahkah anda berbagi sebagian kelebihan harta yang Anda miliki untuk mengurangi beban saudara-saudara yang benar-benar membutuhkan. Berapa banyak orang tua, janda dan fakir yang membutuhkan bantuan kita? O : Omzet Khusus untuk wirausahawan, masihkah mampu bisnis Anda menghasilkan omzet? Seberapa besar dampak Covid-19 terhadap omzetnya bisnis Anda? Cara berpikir baru apalagi yang harus Anda adopsi untuk tetap menghasilkan omzet meski banyak orang tetap stay at home dan physical distancing serta menunda pengeluarannya? Bisa jadi strategi marketing online harus bisnis Anda kuatkan lagi atau menguatkan kembali dalil/hal ikhwal/proposition nilai produk yang anda tawarkan ke calon konsumen dengan “saluran” yang tepat dan secara spesifik menyasar target konsumen yang benar-benar membutuhkanya. Selamat Kembali belajar “A.I.U.E.O”.Semoga Anda naik “kelas”! Penulis: Rizky Mahendra, MM

Masa Depan Kembali “Aneh”?

Cepatnya Perubahan Masa Depan! Dua tahun terakhir kita terbiasa dengan kata Revolusi Industri 4.0 yang bermakna bahwa telah terjadi hubungan komunikasi yang erat antara manusia, gadget dan mesin. Dimana pimpinan perusahaan bisa mematikan seluruh komputer di kantornya meski sang pimpinan itu sedang berada di luar kota. Juga memungkinkan Kepala pabrik mengoperasikan belasan robot untuk merakit dan memprodusi mobil hanya dengan beradapan dengan komputer saja. Kemudian kata disrupsi, yang bermakna tercabutnya akar/sendi-sendi. Saat ini perusahaan besar bisa kalah dengan perusahaan yang baru berdiri namun sangat lincah memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi. Semua ini terjadi karena struktur ekonomi yang berisi konsumen dan produsen telah berubah cara berinteraksinya. Dulu harus tata muka, sekarang hanya jempol saja yang “bicara” di smartphone. Bahkan bank saja menutup ribuan cabangnya di 2019-2020 karena memaksimalkan layanan dengan platform yang mudah diakses lewat handphone. Di 2021 ini muncul prediksi akan masa depan yang lebih “aneh” lagi. Apa itu? Metaverse, ya sebuah kata yang digunakan oleh Mark Zuckerberg pendiri Facebook untuk menggambarkan tahun 2025 atau lebih cepat, cara kita berinteraksi akan berubah total. Metaverse memungkinkan kita hidup di “dunia” online  dan kita bisa punya tanah, punya usaha, punya rumah, punya keluarga dan bahkan memiliki sistem keuangannya sendiri. Jangan heran bisa jadi nanti kita akan punya 2 dunia. Ada yang bekerja di dunia nyata dan ada yang bekerja di “dunia” online dalam bentuk metaverse. Benar-benar pergi ke kantor bekerja, bertemu orang-orang dan juga berkomunikasi layaknya dunia nyata. Waktunya sama, sama-sama hadir. Ada emosinya, ada sedih, senang dan gembira layaknya dunia nyata karena benar-benar dilihat, dialami dan dirasakan. Silakan cek di youtube tentang metaverse. Sekarang, kita bisa mengibaratkan Metaverse adalah “lokasi” baru, maka siapa yang bisa menguasai “tanah” di dunia Metaverse maka dialah yang akan menjadi “tuan tanah”-nya. Banyak orang akan membayar sewa kepadanya. Jadi, mau tak mau kita harus siap dengan perubahan dan “dunia” baru ini. Dengan cara apa kita untuk bisa unggul dimasa depan yang sangat cepat perubahannya itu? Asah terus kesadaran untuk peka dengan perkembangan terakhir dunia dan tentu saja harus mengasah kompetensi yang relevan dengan perkembangan zaman itu.  Tak lupa, tetap tempa karakter moral dan karakter kinerja yang unggul. Bersama ELTIBIZ, sebagai Lembaga Pendidikan Teknologi Informasi dan Bisnis mampu menjadi tempat tumbuh dan berkembang menyiapkan “dunia” baru yang akan datang. Yuk asah terus E.L.T.I.B.I.Z Anda! Empati, Loyalitas, Tangguh (Ketangguhan), Inovasi, Berani (Keberanian), Integritas dan jadilah Zolusi! Penulis: Rizky Mahendra, MM

Intelligent Learning

Sebuah Tanda Berakhirnya Era “Digital Learning”? Pandemi Covid-19, terima kasih. Telah menyadarkan dunia. Telah menyadarkan banyak pihak. Bahwa kita masuk ke kondisi baru yang berbeda dan menuntut lebih banyak perubahan dari biasanya. Krisis Kesehatan ini menyebabkan krisis ekonomi. Krisis ekonomi mengharuskan kita untuk menemukan cara-cara baru dari mindset yang baru. Sebelum wabah Covid-19, marak dibahas tentang disrupsi. Tentang tercerabutnya akar pondasi bisnis yang membuat ojek jalanan bisa menjadi mitra bisnis restoran kelas wahid dunia. Banyak anak muda yang tampil berbisnis dan cepat membangun aset, dalam waktu hanya kurang 9 tahun. Sementara generasi orang tuanya yang harus menghabiskan waktu puluhan tahun untuk sukses dalam bisnis dan karir. Banyak fakta tentang pengusaha “hotel” tanpa memiliki hotel. Dimulai dari Amazon yang menjadi “toko buku” tanpa memiliki toko buku. Bahkan ada yang bisa jual kuda meski tidak paham tentang kuda apalagi punya peternakan kuda. Banyak cerita anak muda bisa muka “mall” tanpa harus memiliki tanah dan bangunan luas untuk membangun Mall, Supermarket dan Foodplaza. Pun, dunia pendidikan dan pelatihan terkena dampaknya. Ruang-ruang kelas di sekolah, kampus, lembaga kursus singkat dan lembaga pelatihan kerja menjadi kosong. Banyak yang bingung ini kenapa dan harus mulai darimana.Belum selesai keheranan kita dengan disrupsi, wabah Covid-19 melanda dunia sejak akhir 2019 lalu hingga hari ini di bulan Mei 2020. Hampir semua sektor bisnis ambruk kehilangan omzet. Baik yang usaha kelas menengah dan besar, lebih-lebih yang usaha mikro dan kecil. Baik yang bisnis tradisional yang heavy equipment juga bisnis berbasis online yang hanya bermodal business process, algoritma dan server serta internet juga ambruk. Gelombang PHK sampai pada angka jutaan orang dan diikuti penutupan rantai bisnis dimana-mana. Kondisi ini benar-benar menyadarkan kita. Namun dalam ilmu keseimbangan bahwa sesuatu yang sedang turun maka ada sesuatu yang sedang naik. Persis seperti timbangan. Bila satu sisi timbangan diberi beban lebih berat maka sisi lain timbangan akan naik. Bila kelas-kelas tatap muka sepi padahal memiliki bangun/gedung beton yang berat maka pasti ada sisi lain yang “ringan” tanpa bangunan fisik malah membludak. Apa itu? Betul, ternyata kelas-kelas online training yang membludak. Dulu karena ada bangunan fisik maka ada “uang pembangunan” yang mahal. Sekarang kelas online hanya berbayar murah malah banyak yang gratis. Dulu papan tulis hitam dengan kapur putih merajai dunia. Muncul whiteboard dan spidol warna warni. Lalu muncul OHP dan proyektor yang bisa membuat tampilan pengajaran pelatihan makin menarik. Lalu muncul layar lebar elektronik yang mengantikan papan tulis, bisa ditulis dengan stylus dan sekaligus menjadi layar komputer besar yang bisa menampilkan apapun. Baru saja kita ingin ke sana, ternyata telah tercipta lagi keseimbangan yang baru. Wabah yang belum ditemukan vaksinnya ini, membuat kita sadar. Ada keseimbangan yang baru, ada yang berubah. Ketika kelas-kelas belajar dan kelas-kelas pelatihan sepi didatangi peserta, ternyata saat ini mereka tidak lagi hadir secara fisik, mereka hadir secara maya. Tetap bisa tatap muka, diskusi, bertanya dan saling bertukar ilmu padahal jaraknya jauh sekali secara fisik. Padahal teknologi komunikasi masih generasi ke 4, masih 4G.  Bagaimana bila 5G, yang konon kabarnya lebih cepat 100x dari 4G? Keseimbangan (kebiasaan) baru gegara Covid-19 yaitu “DIGINOM”, saya menyebutnya demikian karena saat wabah dan paska wabah ini kita masuk ke kondisi yang tak lagi sama dengan sebelumnya. Kita akan masuk ke “DIGINOM” (digital normal and money). Tak terelakkan. Sulit menghindar dari kondisi “DIGINOM” ini. Bahkan sebelum pandemi ini saja tukang ojek sudah tidak lagi menerima uang cash, mereka maunya dibayar pakai digital money. Apalagi setelah pandemi. Tentu belum semua daerah dan pelosok di Indonesia yang mendapati kondisi ini, namun jelas arahnya ke “DIGINOM”. Wabah ini akan membuat proses ini jauh lebih cepat. Jadi apa yang kita pelajari ? Selama masa pandemi ini? Bahwa banyak bisnis ambruk karena Covid-19? Bukan! Bisnis ambruk bukan karena Covid-19, bukan karena social distancing! Bukan juga karena PHK. Tapi karena ketiadaan profit. Sekolah swasta hampir saja tutup permanen karena tidak ada siswa yang bayar SPP. Lembaga pelatihan kerja terpuruk karena ketiadaan omzet. Tidak ada transaksi dan tidak ada uang masuk. Apakah karena tidak ada peserta? Bukan, calon peserta banyak membludak. Kenapa? Jawabnya karena produk yang ditawarkan tidak ada “nilai”nya di mata calon peserta. Tidak ada sesuatu yang bermanfaat dan dicari untuk memenuhi solusi konsumenlah yang menyebabkan ketiadaan transaksi, omzet dan keuntungan di lembaga pelatihan kita di bisnis kita. Uang itu mengalir deras, buktinya ada bisnis pelatihan yang hanya dalam waktu kurang dari 1 bulan bisa hasilkan omzet puluhan bahkan ratusan juta. Bahkan untuk kelas dunia, ada yang hanya dalam hitungan 2 bulan melesat dari 25 juta penguna/pelanggan (konsumen yang rutin bayar) menjadi lebih dari 200 juta penguna/pelangan. Kenapa bisa? Karena ada “nilai”. Sesuatu yang berharga juga unik dan bisa memenuhi kebutuhan konsumen. Nah apakah Lembaga pelatihan kita punya “nilai” dimata calon konsumen kita?  Kemudian apakah “nilai” itu di“salur”kan dengan cara yang tepat untuk sampai ke konsumen/calon peserta pelatihan kita? Bila calon peserta (target konsumen) pelatihan tidak tahu kita memiliki “nilai” karena memang kita belum memiliki “saluran”/Channel yang tepat baik informasi penawaran dan cara transaksinya, maka wajar bila lembaga pelatihan kita tidak memiliki omzet.  Buktinya ada lembaga pelatihan yang tetap menghasilkan omzet, bahkan dibanding periode tahun lalu, dibulan yang sama, jumlah peserta pelatihan yang mendaftar malah lebih banyak. Padahal masa covid-19 ini calon peserta pelatihan tidak boleh datang langsung ke lembaga pelatihan secara fisik. Ini artinya sudah jelas karena ada digital normal and money (DIGINOM) yang bertemu dengan lembaga pelatihan dengan kesiapan “nilai”. Ditambah dengan sebentar lagi masuknya teknologi komunikasi 5G maka kelas-kelas pelatihan benar-benar berubah dari tatap muka secara fisik ke kelas-kelas “diginom virtual”. Pertemuan tatap muka tentu tetap diperlukan namun tidak lagi menjadi wajib 100%. Bisa jadi peserta pelatihan (trend-nya) akan lebih banyak belajar dan berlatih sendiri secara mandiri dengan bantuan kelas “diginom virtual”. Sisa 30%-nya mereka datang ke lembaga pelatihan untuk memastikan kompetensi (pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja) mereka kemudian siap untuk uji kompetensi. Akankah kita memasuki era itu? Saat ini digital learning sudah menjadi mode wajib di sekolah, kampus dan lembaga pelatihan. Belum semua lembaga pelatihan mampu melaksanakannya. Digital learning bercirikan real time video, all the time and everywhere dengan learning management system invisible-nya. Belum masuk kita ke digital learning, sudah diprediksi muncul intelligent learning. Apalagi ini? Sederhananya, Intelligent Learning adalah Digital Learning dengan optimalisasi Internet of things, big data dan artificial intelligence. “Mati kita! Ambyar!” gumam sebagian praktisi

DIGINOM

Kondisi Normal (yang beda) Paska Covid-19 Dunia pernah tersentak saat wabah flu 1918-1919 dulu yang menginfeksi 500 juta orang dan merenggut nyawa kurang lebih 20 jutaan orang. Kini, ditahun  2019-2020 dunia kembali tersedak hebat, terkejut gelagapan dan runtuh. Kalangan muda usia dari 7 – 18 tahun bisa jadi agak happy karena tidak terlalu dibebani dengan pergi ke sekolah dan tanpa ujian naik kelas. Meski mereka dapat tugas online, tapi ada yang dapat sedikit ada yang dapat banyak dari gurunya. Sementara usia 19 – 37 tahun yang juga turut serta terkaget-kaget namun diduga lebih cepat beradaptasi dengan sesuatu yang online dan physical distancing. Bagi usia pertengahan yaitu usia 38 sampai dengan 56 tahun mungkin ini jadi kondisi paling berat terkait dengan income keluarga. Usia ini secara umum tentunya sudah berkeluarga dan memiliki anak yang menjadi tanggungannya. Beda dengan generasi dibawahnya yang masih bebas dan memiliki sedikit tanggungan secara ekonomi. Adapun 57 tahun keatas mungkin sudah beda prioritas, kesehatan dan menikmati (ibadah) masa tua menjadi menu sehari-hari. Sejatinya usia 38-56 tahunlah yang paling terdampak dengan pandemi “wuhan” ini. Jelas, bahwa usia inilah yang menanggung beban keluarga. Mereka menanggung makan anak-anak usia sekolah dan orang-orang tua di atasnya di dalam keluarga. Sedangkan usia 19-37 tahun cenderung kurang terdampak karena masih bebas dan hanya menanggung dirinya sendiri atau dengan keluarga kecilnya yang belum berbiaya besar. Pangkalnya adalah masalah keuangan keluarga. Usia Ini yang terganggu. PHK, ketiadaan omzet, dirumahkan tanpa gaji, utang menumpuk karena banyak kredit sana kredit sini. Usia pertengahan inilah yang sedang sedih dan merana.  Kabar buruknya, meski akan berakhir pandemi ini di 2020 namun pulihnya ekonomi negara diprediksi 1 sampai 2 tahun kedepan. Artinya selama 1 tahun sampai 2 tahun kedepan masih akan terjadi perubahan kekayaan secara finansial. Ingat bahwa uang tidak hilang, uang hanya berpindah tangan. Pandemi yang memicu krisis ekonomi artinya ada uang bergerak dari satu tangan ketangan yang lain. Dari satu dompet ke dompet yang lain. Dari satu rekening ke rekening yang lain.  Pertanyaan kuncinya, apakah saya, anda dan kita adalah orang yang menerima aliran cash tersebut? Apakah uang itu mengalir ke tangan, dompet dan ke rekening bank kita? Disaat banyak yang kehilangan sebagian income dan omzetnya, bahkan merosot tajam, ada sebagian yang justru menerima kelimpahan uang. Uang lekat dengan kata currency dari kata currere yang berarti mengalir dan akan terus mengalir. Di saat pandemi ini ada yang mengalir deras. Apa itu? “Diginom”. Ada “diginom” yang mengalir deras. Bila kita masih sibuk meratapi ketiadaan income saat ini, bisa jadi anda tidak akan menikmati “diginom” tersebut. “Diginom” merujuk pada digital normal and money. Artinya mulai hari ini kita memasuki situasi normal yang baru yaitu normal secara digital. Digital normal, yang ketika anda tidak hidup normal dengan digitalisasi maka anda bukan termasuk dalam orang-orang yang akan menerima digital money (uang digital). Bagaimana supaya kita menjadi bagian yang menerima perpindahan kekayaan secara ekonomi yang berarti kita hidup happy dengan “diginom” ? Ada 3 kata kunci. Pertama, kompetensi. Segera periksa dan evaluasi apa kompetensi utama anda. Kompetensi (pengetahun, keterampilan dan sikap kerja) yang mana anda paling unggul dibanding orang lain. Tidak mungkin kita hebat disemua lini dan semua bidang. Kita hanya hebat dan unggul di 1-2 atau 3 hal saja. Kedua, kolaborasi. Satukan kompetensi utama anda dengan kompetensi orang lain agar menghasilkan sesuatu yang lebih besar lebih hebat dan tak tertandingi. Ketiga, adalah kepemimpinan. Ini adalah aspek yang memberi arah, gairah dan memastikan sesuatu itu terwujud. Pastikan anda adalah orang yang menunggangi ombak “diginom” bukan orang yang tersedak karena tertimpa arus besar “diginom”. Selamat mengoptimalkan kompetensi yang dikolaborasikan dengan kepemimpinan yang mencerahkan kehidupan. Penulis: Rizky Mahendra, MM