Kondisi Normal (yang beda) Paska Covid-19
By. Rizky Mahendra
Dunia pernah tersentak saat wabah flu 1918-1919 dulu yang menginfeksi 500 juta orang dan merenggut nyawa kurang lebih 20 jutaan orang.
Kini, ditahun 2019-2020 dunia kembali tersedak hebat, terkejut gelagapan dan runtuh.
Kalangan muda usia dari 7 – 18 tahun bisa jadi agak happy karena tidak terlalu dibebani dengan pergi ke sekolah dan tanpa ujian naik kelas. Meski mereka dapat tugas online, tapi ada yang dapat sedikit ada yang dapat banyak dari gurunya. Sementara usia 19 – 37 tahun yang juga turut serta terkaget-kaget namun diduga lebih cepat beradaptasi dengan sesuatu yang online dan physical distancing. Bagi usia pertengahan yaitu usia 38 sampai dengan 56 tahun mungkin ini jadi kondisi paling berat terkait dengan income keluarga. Usia ini secara umum tentunya sudah berkeluarga dan memiliki anak yang menjadi tanggungannya. Beda dengan generasi dibawahnya yang masih bebas dan memiliki sedikit tanggungan secara ekonomi. Adapun 57 tahun keatas mungkin sudah beda prioritas, kesehatan dan menikmati (ibadah) masa tua menjadi menu sehari-hari. |
Sejatinya usia 38-56 tahunlah yang paling terdampak dengan pandemi “wuhan” ini. Jelas, bahwa usia inilah yang menanggung beban keluarga. Mereka menanggung makan anak-anak usia sekolah dan orang-orang tua di atasnya di dalam keluarga. Sedangkan usia 19-37 tahun cenderung kurang terdampak karena masih bebas dan hanya menanggung dirinya sendiri atau dengan keluarga kecilnya yang belum berbiaya besar.
Pangkalnya adalah masalah keuangan keluarga. Usia Ini yang terganggu. PHK, ketiadaan omzet, dirumahkan tanpa gaji, utang menumpuk karena banyak kredit sana kredit sini. Usia pertengahan inilah yang sedang sedih dan merana.
Kabar buruknya, meski akan berakhir pandemi ini di 2020 namun pulihnya ekonomi negara diprediksi 1 sampai 2 tahun kedepan. Artinya selama 1 tahun sampai 2 tahun kedepan masih akan terjadi perubahan kekayaan secara finansial. Ingat bahwa uang tidak hilang, uang hanya berpindah tangan. Pandemi yang memicu krisis ekonomi artinya ada uang bergerak dari satu tangan ketangan yang lain. Dari satu dompet ke dompet yang lain. Dari satu rekening ke rekening yang lain.
Pertanyaan kuncinya, apakah saya, anda dan kita adalah orang yang menerima aliran cash tersebut? Apakah uang itu mengalir ke tangan, dompet dan ke rekening bank kita? Disaat banyak yang kehilangan sebagian income dan omzetnya, bahkan merosot tajam, ada sebagian yang justru menerima kelimpahan uang. Uang lekat dengan kata currency dari kata currere yang berarti mengalir dan akan terus mengalir. Di saat pandemi ini ada yang mengalir deras. Apa itu?
“Diginom”. Ada “diginom” yang mengalir deras. Bila kita masih sibuk meratapi ketiadaan income saat ini, bisa jadi anda tidak akan menikmati “diginom” tersebut. “Diginom” merujuk pada digital normal and money. Artinya mulai hari ini kita memasuki situasi normal yang baru yaitu normal secara digital. Digital normal, yang ketika anda tidak hidup normal dengan digitalisasi maka anda bukan termasuk dalam orang-orang yang akan menerima digital money (uang digital).
Bagaimana supaya kita menjadi bagian yang menerima perpindahan kekayaan secara ekonomi yang berarti kita hidup happy dengan “diginom” ? Ada 3 kata kunci. Pertama, kompetensi. Segera periksa dan evaluasi apa kompetensi utama anda. Kompetensi (pengetahun, keterampilan dan sikap kerja) yang mana anda paling unggul dibanding orang lain. Tidak mungkin kita hebat disemua lini dan semua bidang. Kita hanya hebat dan unggul di 1-2 atau 3 hal saja. Kedua, kolaborasi. Satukan kompetensi utama anda dengan kompetensi orang lain agar menghasilkan sesuatu yang lebih besar lebih hebat dan tak tertandingi. Ketiga, adalah kepemimpinan. Ini adalah aspek yang memberi arah, gairah dan memastikan sesuatu itu terwujud.
Pastikan anda adalah orang yang menunggangi ombak “diginom” bukan orang yang tersedak karena tertimpa arus besar “diginom”.
Selamat mengoptimalkan kompetensi yang dikolaborasikan dengan kepemimpinan yang mencerahkan kehidupan.